: "Saengtai" tidak pernah percaya pada takdir dan nasib baik, dan selalu berpikir bahwa hanya ia yang bisa menentukan hidupnya sendiri. Namun, setiap hujan turun, ia akan menjadi tuli, dan tidak bisa mendengar suara apapun kecuali suara dari "orang yang ditakdirkan".
Berlawanan dengan "Rain", yang selalu menunggu suara orang yang ditakdirkan untuk menggantikan kesunyian. Tapi, tanpa ia duga, tidak peduli berapa lama ia menunggu, orang-orang yang jauh di ujung bumi menolak untuk berbicara sepatah kata pun dengannya.
Perbedaan keyakinan kedua orang itu seperti permainan tarik-menarik nasib antara seorang keras kepala yang hatinya penuh kekusutan dan seorang canggung yang perlu bertemu cinta bahagia di tengah gerimis. Bisakah Saengtai mengubah nasib dalam suatu hubungan yang hancur? Atau apakah ini adalah tahun yang dipermainkan oleh takdir?
: "Saengtai" tidak pernah percaya pada takdir dan nasib baik, dan selalu berpikir bahwa hanya ia yang bisa menentukan hidupnya sendiri. Namun, setiap hujan turun, ia akan menjadi tuli, dan tidak bisa mendengar suara apapun kecuali suara dari "orang yang ditakdirkan".
Berlawanan dengan "Rain", yang selalu menunggu suara orang yang ditakdirkan untuk menggantikan kesunyian. Tapi, tanpa ia duga, tidak peduli berapa lama ia menunggu, orang-orang yang jauh di ujung bumi menolak untuk berbicara sepatah kata pun dengannya.
Perbedaan keyakinan kedua orang itu seperti permainan tarik-menarik nasib antara seorang keras kepala yang hatinya penuh kekusutan dan seorang canggung yang perlu bertemu cinta bahagia di tengah gerimis. Bisakah Saengtai mengubah nasib dalam suatu hubungan yang hancur? Atau apakah ini adalah tahun yang dipermainkan oleh takdir?